Wednesday, May 4, 2011

Konservasi Tambling Lampung, Bukti Keseriusan Indonesia Cegah Pemanasan Global

Artha Graha Network (AGN) untuk kesekiankalinya mewujudkan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) dalam bentuk usaha penyelamatan lingkungan hidup melalui Artha Graha Peduli (AGP). 

Kali ini, program AGP itu berbentuk kunjungan ke area konservasi yang dikelola AGP, yakni Tambling Wildlife National Conservation (TWNC), Lampung. Acara ini dimaksudkan untuk memperlihatkan keseriusan pihak Indonesia, pemerintah maupun swasta, dalam menjaga kerusakan hutan yang merupakan penyumbang pemanasan global (global warming).



 
"Dengan program ini, diharapkan dunia internasional dapat melihat bentuk nyata partisipasi Indonesia untuk menanggulangi permasalahan global warming," ungkap Humas TWNC/AGP Peggy Melati Sukma di TWNC, Tambling, Lampung, akhir pekan lalu.

Hal inilah memang yang ingin ditunjukkan TWNC kepada beberapa tamu internasional, yakni CEO Global Initiatives Tony Gourlay, Head of Concervation Biodiversity David Steurman, Presenter Internasional National Geographic Chanel Hayden Turner, CEO Ritz Capital Singapura Sydney Yeung, Vice President DHL Go Green Belanda Katharina Tomoff, Founder & Vice President Interactive Media Planet Green USA, Founder & CEO InovaStrat USA Ram Nidimolu, dan Penulis Internasional dan Konsaultan Geopolitik, Energi, Lingkungan Charles Emmerson.

Kunjungan mereka selama tiga hari, 30 April-1 Mei 2011, merupakan kelanjutan dari konferensi terbesar bidang bisnis untuk lingkungan hidup, Business for Environment (B4E) Global Summit. "Usaha ini juga menunjukkan komitmen swasta bersama pemerintah, dengan visi ke depan untuk mereplikasikan konsep TWNC ini diseluruh Indonesia," imbuhnya.

Seperti diketahui, B4E Global Summit ke-5 yang diselenggarakan di Jakarta 27-29 April ini, adalah konferensi dunia internasional untuk membahas implementasi bisnis untuk lingkungan. Penyelenggaaan yang kali ini bertema 'Delivering Transformative Sollution for a Planet', merupakan kerjasama WWF, Global Inititives, pemerintah Indonesia, dan Kadin.

Selain melakukan peninjauan ke area seluas 45 ribu hektare ini, AGP juga melakukan pelepasliaran beberapa jenis hewan yang memiliki sejarah konflik dengan manusia. Hal ini terjadi akibat adanya aktivitas penebangan hutan dan pembukaan lahan yang membuat habitat mereka tergusur. Pelepasan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kesimbangan ekosistem dan rantai makanan, yang pada ujungnya mencegah kerusakan hutan dan pemanasan global.

"Tak perlu takut jika nantinya mereka kekurangan makanan, karena jenis-jenis hewan yang menjadi makanan mereka jumlahnya berlimpah di sini," tandas Chairman Artha Graha Peduli (AGP) Tomy Winata.

Pada kunjungan tamu-tamu internasional itu, dilakukan pelepasliaran seekor buaya asal Bengkulu berusia 5 tahun dengan berat 80 kg, dan 5 ekor penyu. Selain itu masih ada 4 ekor harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) yang ditinjau kesiapannya untuk dilepaskan ke alam bebas, yakni Mekar, Salma, Tarisa, dan Ucok.

"Fasilitas yang luar biasa bagi konservasi, dengan kondisi infrastruktur yang fantastik. Kedepannya akan sangat cerah. Karena memiliki potensi bagi riset ilmiah, pendidikan, dan pariwisata. Kami harap tidak akan ada pembangunan berlebih pada area ini jika ingin dikembangkan lebih lanjut," ungkap Presenter National Geographic Chanel Hayden Turner.

Pihak Artha Graha mengatakan, untuk mewujudkan seperti yang diharapkan Hayden, masih dibutuhkan dukungan dan saran dari semua pihak."Karena tempat ini bukan hanya milik saya, bukan hanya milik indonesia. Karena lokasi ini adalah pertemuan antara Samudra Hindia dan Laut Jawa, ini juga milik dunia. Kami siap bekerja sama dengan siapapun juga untuk mengangkat tempat ini menjadi milik dunia," tandas Tomy Winata.

TWNC merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang dikelola secara kolaborasi antara Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dan AGP. Di lokasi yang memiliki visi Keberlanjutan Alam untuk Keberlangsungan Kehidupan ini, memang terdapat keanekaragaman hayati yang kaya.

Selain buaya dan harimau, sebut saja badak sumatera, gajah sumatera, kerbau liar, beruang madu, kijang, rusa, kancil, siamang,landak, hingga penyu. Kekayaan fauna itu sangat ditunjang habitatnya yang masih sangat terpelihara, seperti hutan hujan dataran rendah, hutan rawa, mangrove, padang rumput, Danau Sei Leman, dan pantai pasir putih. (*/OL-2)

02 Mei 2011

No comments:

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...