Wednesday, March 31, 2010

Carut Marut Pendirian Tower BTS: Masih Susah Menata Tower Bersama

PERTUMBUHAN tower BTS di Jateng sejak beberapa ta­hun terakhir memang terbi­lang cukup pesat. Bayangkan saja, ribuan tower BTS kini telah tertanam bak jamur. Ya, kota-kota besar seperti Se­marang, Tegal, Solo dan ko­ta-kota besar lainnya memang menjadi sasaran pembangunan tower BTS, seiring dengan target pertumbuhnan pelanggan ope­rator seluler di daerah ter­sebut. Untuk meminimalisasi per­tum­buhan tower tersebut, pe­me­rintah telah mengeluarkan Pe­raturan Menteri tentang to­wer bersama, yang dikeluar­kan pada Maret 2008.
 
Menkominfo M Nuh, men­je­laskan tujuan dikeluarkannya kebijakan tower bersama ini untuk efisiensi perusahaan pe­nyedia jasa telekomunikasi. Hal ini dilakukan setelah pe­me­rintah menerapkan kebija­kan penurunan tarif ritel in­ter­ko­neksi operator seluler. Ke­bi­jakan tersebut mengatur tower bi­sa ditempati minimal 3 pe­ngu­at sinyal dari perusahaan ber­beda.

Kendati demikian, pendirian tower bersama tersebut se­per­tinya masih susah karena akan merepotkan operator se­lu­ler. Penentuan titik ordinat BTS yang sama sulit ditemu­kan. Selain itu, rencana eks­pan­si bisnis masing-masing ope­rator seluler juga berbeda-be­da.

Hal ini dikemukakan K­e­pa­la Indosat Jateng dan DIY, An­di Samsul Hadi. Andi me­nga­takan, pendirian tower ber­sama tidaklah sesederhana yang dibayangkan.

”Untuk operator besar se­perti kami dan lainnya, tentu su­dah tidak memprioritaskan pembangunan BTS di kota-kota besar, melainkan di desa-de­sa. Padahal bagi operator lain, pembangunan tower BTS di kota-kota besar masih dirasa perlu. Kesamaan penentuan ti­tik ordinat jaringan pun belum tentu sama. Sebagai contoh ji­ka kami merasa perlu menen­tu­kan titik ordinat BTS di Mal Ciputra, sementara operator lain di Jalan Pahlawan Semarang, maka akan sulit dipindahkan karena titik ordinat yang sudah jauh," jelas Andi kepada Wawasan.

Perebutan titik
 
Hal lain yang krusial, lanjut dia, yaitu perebutan titik antena yang ideal antaroperator. Titik antena yang dimaksud adalah pada ketinggian 40-50 m. "Jika satu tower digunakan oleh BTS banyak operator seluler, maka akan terjadi perebutan di titik tersebut," tukas Andi.

Kendati demikian, sambung dia, kalau pun pihak operator seluler harus mematuhi aturan yang ada, maka antaroperator dan stakeholder lainnya harus duduk bersama. "Namun sekali lagi memang susah untuk menatanya," sambungnya.

Terpisah, General Manager Network Operation Telkomsel Jateng dan DIY Bob Apriawan juga mengamini susahnya penemuan kesamaan titik ordinat tersebut. Namun selama ini pihaknya telah mendirikan tower "bilateral" yang bisa disebut juga tower bersama.

Artinya, masing-masing operator seluler saling meminjam tower untuk menaruh BTS. "Kalau itu sudah lama kita lakukan. Satu tower minimal untuk tiga operator. Kami rasa ini lebih efisien," ujar Bob.

Menanggapi hal itu, pakar telematika Roy Suryo mengatakan, pendirian tower bersama tersebut harus dilakukan dengan pelanpelan. Menurutnya, pemerintah harus membuat pilot project dulu di daerah yang belum penuh dengan tower, yaitu luar Jawa.

"Setelah itu baru bisa diterapkan di Jawa, sembari menunggu masa kontrak towernya selesai. Selain itu harus dilakukan secara serempak dan menyeragankan penghitungan bisnis dari masingmasing operator seluler," kata Roy. iqo/yat-yan.

Saturday, 05 April 2008

Sumber: http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=21434&Itemid=1

No comments:

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...