Tuesday, August 4, 2009

PERANTI LUNAK: Raih Efisiensi 60 Persen dengan OSS

Sejak dicanangkan lima tahun lalu, program nasional Indonesia Go Open Source telah diterapkan berbagai kalangan. Penggunaan sumber sistem operasi terbuka ini terbukti dapat meningkatkan efisiensi hingga 60 persen.

Asisten Deputi Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi Kemal Prihatman, Jumat (31/7), menyatakan, penerapan open source software (OSS) pada umumnya dapat menekan anggaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) hingga 30 persen, bahkan beberapa perusahaan swasta dapat mencapai efisiensi lebih dari 50 persen.

Sistem Indonesia Go Open Source yang dicanangkan lima kementerian itu pada tahun 2004 bertujuan mengurangi penggunaan peranti lunak ilegal di Indonesia dan mendorong penggunaan peranti lunak sistem terbuka.

Program tersebut sejauh ini telah berhasil menjangkau berbagai lapisan masyarakat, mulai dari akademisi, instansi pemerintah, swasta, hingga komunitas-komunitas.

Dalam seminar nasional IGOS Center yang diselenggarakan di Jakarta, belum lama ini, beberapa perusahaan mengungkapkan kisah keberhasilan dan kendala yang dihadapi saat ini. Salah satunya adalah PT Samudera Indonesia Tbk yang dapat menghemat anggaran TIK-nya bahkan hingga 60 persen.

Kepala Divisi Teknologi dan Sistem Informasi perusahaan pelayaran tersebut, Denny Ganjar Purnama, menegaskan, ”Bila membeli software berlisensi, perusahaan harus mengeluarkan dana hingga Rp 18 miliar.”

”Akan tetapi, dengan menggunakan open source software, dana yang dikeluarkan hanya sekitar Rp 6 miliar,” lanjut Denny.

Meski begitu, ia melihat kompatibilitas OSS dalam lingkup yang lebih besar atau nasional perlu dikembangkan dengan mengacu pada standar yang sama. Ini yang masih menjadi kendala dalam pengembangan OSS di Indonesia.

Sementara itu, menurut Kemal, di luar institusi pendidikan dan swasta, saat ini minat pemerintah daerah untuk menggunakan OSS sudah mulai tumbuh.

”Pada masa sekarang telah ada sekitar 60 pemerintah kabupaten/kota yang menyatakan keinginan untuk menerapkan OSS,” katanya.

Sejak tahun 2007 hingga tahun ini Kementerian Negara Riset dan Teknologi mendorong upaya rintisan membangun 19 Jaringan Pendayagunaan Open Source Software (POSS) dan 25 IGOS Center di berbagai wilayah di Indonesia.

Untuk itu, kementerian ini menyelenggarakan program insentif. ”Untuk tiap POSS dialokasikan dana hingga Rp 300 juta selama tiga tahun program,” ujar Agus Sediadi, dari Kepala Bidang Kemitraan Lembaga Teknologi Informasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

Sayangnya dari POSS yang dibangun itu, ungkap Agus, hanya beberapa yang berkembang lebih lanjut, yaitu di Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Institusi pendidikan ini bahkan telah menghubungkan jejaringnya ke tingkat internasional.

Meski masih banyak POSS yang belum berkembang, Kementerian Negara Riset dan Teknologi mulai tahun depan tidak lagi mendukung pendanaannya. Diharapkan, POSS tersebut dapat mengupayakan sumber pembiayaannya sendiri. (YUN)

Jakarta, 04 Agustus 2009

Source:http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/04/03314181/raih.efisiensi.60.persen.dengan.oss

No comments:

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...